Langsung ke konten utama

Pembangunan Ekonomi Provinsi Riau







 Pertumbuhan ekonomi Riau terus mengalami perlambatan selama periode 2011 – 2014. Selama kurun waktu 2011-2014 kinerja perekonomian Provinsi Riau memiliki laju pertumbuhan rata-rata 3,61 persen. Melambatnya kinerja ekonomi Riau dipengaruhi oleh menurunnya pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian dengan laju pertumbuhan negatif. Kegiatan ekonomi utama masih bersifat ekstraktif, memanfaatkan sumber daya alam secara langsung.  
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Selama kurun waktu 2010-2014 pendapatan per kapita di Provinsi Riau cenderung meningkat  dan lebih tinggi dari pendapatan per kapita nasional. Dukungan pendapatan dari sektor pertambangan mempengaruhi peningkatan pendapatan perkapita di Provinsi Riau. Jika pada tahun 2010 rasio PDRB perkapita Provinsi Riau dan PDB Nasional sebesar  242,2 persen, maka pada tahun 2014  rasionya meningkat menjadi 258,84 persen. Besarnya PDRB perkapita yang menunjukkan tingkat kesejahteraan di Provinsi Riau relatif meningkat namun tidak secara riil menunjukkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. 

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH
Pembangunan wilayah berkelanjutan bersifat multidimensi sehingga diperlukan analisis pembangunan yang komprehensif untuk mengatasi berbagai masalah publik. Analisis pembangunan wilayah didasarkan pada dimensi pembangunan manusia, pembangunan sektor unggulan, serta pemerataan pembangunan dan kewilayahan.  

ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA
·         PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumberdaya manusia untuk pembangunan. Penyelenggaraan pendidikan di daerah terpencil akan mampu menjembatani kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di sekolah. Karena pembangunan sektor pendidikan di Riau memiliki peran penting dan strategis, pendidikan menjadi sektor  prioritas  yang  berada pada  urutan pertama diantara sektor-sektor prioritas lainnya.
Rata-rata penduduk Riau pernah mengenyam pendidikan formal sampai kelas 3 SLTP. Angka Partisipasi Sekolah (APS) usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun (pendidikan dasar) tahun 2013 antarkota dan kabupaten di Provinsi Riau tidak merata. Rata-rata APS Provinsi Riau tahun 2013 sebesar 98.59 persen untuk usia 7-12 tahun dan 90,1 persen untuk usia 13-15 tahun. Kabupaten di Provinsi Riau dengan  APS terendah meliputi Kabupaten Rokan Hilir, Pelalawan, Kab. Kampar, dan Kota Pekanbaru.  Rendahnya APS di beberapa daerah Riau adalah kurangnya infrastruktur pendukung pendidikan yang masih minim. Kondisi jalan dan akses siswa untuk berangkat sekolah  masih belum memadai terutama di daerah yang jauh dari pusat perkotaan. Permasalahan infrastruktur menjadi salah satu penghambat perkembangan pendidikan di Riau.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Dasar Tahun 2013 (Persen)                

 
·         KESEHATAN
Faktor kesehatan merupakan salah satu kebutuhan penting untuk pembangunan manusia. Penyediaan fasilitas kesehatan menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan pembangunan kesehatan di Provinsi Riau. Tingkat kesehatan masyarakat Riau menunjukkan hasil yang baik apabila dilihat dari indikator kesehatan, seperti angka kematian ibu, angka kematian bayi dan balita, serta gizi buruk yang berada di bawah  nasional. Angka kematian bayi di Riau pada tahun 2012 sebanyak 24 kematian  per 1000 kelahiran baru, sedangkan angka nasional menunjukkan 34 kematian per 1000 kelahiran baru. AKI dan AKB yang masih tergolong tinggi disebabkanberbagai hambatan aspek geografis, ekonomi, sosiokultural. Selain itu akibat keterlambatan menangani keluarga yang mempunyai masalah kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan komperehensif.

·         PERUMAHAN
Pembangunan perumahan yang layak huni bagi masyarakat juga harus memperhatikan akses air minum dan sanitasi layak. Selama tahun 2010-2013 rumah tangga di Riau yang mendapatkan kriteria sanitasi dan air minum layak cenderung meningkat, meskipun masih di bawah nasional. Jumlah rumah tangga dengan kelayakan sanitasi di Provinsi Riau meningkat tajam pada tahun 2010 ke tahun 2013, yaitu dari 54,27 persen menjadi 63,44 persen  Sementara itu jumlah rumah tangga dengan kriteria kelayakan air minum di Riau selama20102013 meningkat dari 44,19 persen menjadi 60,57 persen. Dalam tiga tahun terakhir, rumah tangga di Provinsi Riau yang mengakses air kemasan sebagai sumber air minumnya, semakin bertambah.
Sementara rumah tangga yang menggunakan air sumur sebagai sumber air minum telah terjadi penurunan. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran gaya hidup masyarakat dalam hal sumber air minum. Penggunaan air minum kemasan (termasuk air isi ulang) meningkat karena lebih praktis, tidak perlu dimasak terlebih dahulu. Disamping itu, akses air minum kemasan semakin mudah dengan layanan pesan-antar dan harga yang bersaing seiring semakin berkembangnya usaha masyarakat di sektor ini.   
  
Persentase Rumah Tangga Kriteria Kelayakan Sanitasi dan Air Minum
       
 Sanitasi  Air Minum










Indikator lain dalam pembangunan perumahan sanitasi dan air minum adalah berkurangnya kawasan kumuh perkotaan dan menurunnya jumlah kekurangan tempat tinggal berdasarkan perspektif penghuni. Kebutuhan rumah di Provinsi Riau banyak tersebar di kota-kota besar. Permukiman yang dibangun menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan kawasan kumuh di perkotaan. 





Sumber :
29/04/2017 11:20 WIB

Nama Anggota Kelompok:
Ayu Chantry Rizdha Marhamah 21216233
Rahmi Raudatul Jannah 26216011

William Adriel J 27216652

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KASUS HUKUM EKONOMI DAN PEMBAHASAN

PT Sara Lee Indonesia, perusahaan besar yang bergerak di consumer product, diguncang masalah dengan karyawanya. Sekitar 200 buruh bagian pabrik roti yang tergabung dalam Gabungan Serikat Pekerja PT Sara Lee Indonesia, menggelar aksi mogok kerja di halaman pabrik, Jalan Raya Bogor Km 27 Jakarta Timur, Rabu (19/11/10). Aksi mogok kerja ini, ternyata tidak hanya di Jakarta namun serentak di seluruh distributor Sara Lee se-Indonesia. Bahkan, buruh yang ada di daerah mengirim ‘Autusan’ ke Jakarta untuk memperkuat tuntutannya. Utusan itu bukan orang, namun berupa spanduk dari Sara Lee yang dikirim dari beberapa daerah. Dalam aksinya di depan pabrik, para buruh yang mayoritas perempuan ini membentangkan spanduk berisikan tuntutan kesejahteraan kepada manajemen perusahaan yang berbasis di Chicago Sara Lee Corporation dan beroperasi di 58 negara, pasar merek produk di hampir 200 negara serta memiliki 137.000 karyawan di seluruh dunia. Spanduk juga terpasang di pagar pabrik Sara Lee, ju

Produk Domestik Bruto Korea Selatan

Produk Domestik Bruto "Korea Selatan" Berdasarkan PDB (Pendapatan Domestik Bruto), ekonomi Korea Selatan berada di peringkat ke 15. Dunia Adapun sistem ekonomi yang dianut Korea Selatan adalah sistem ekonomi pasar (liberal). Berstatus sebagai 'Macan Asia', Korea Selatan sukses mencapai peringkat kedelapan dunia dalam hal ekspor. Sedangkan untuk nilai impor, Korea Selatan berada di peringkat 11 dunia. Perkembangan ekonomi Korea Selatan terlihat pesat sejak akhir 1980-an. Kala itu PDB Korsel berkembang dari rata - rata 8% per tahun (US$2,7 miliar) di tahun 1962, menjadi US$230 miliar di tahun 1989. Angka ini 20 kali lipat lebih besar dari Korea Utara, dan setara dengan ekonomi-ekonomi menengah di Uni Eropa. Adapun kemajuan ekonomi Korea Selatan ini dikenal dengan istilah 'Keajaiban di Sungai Han'. Di kala krisis

Neraca Pembayaran Indonesia ke Colombia

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA KE COLOMBIA Penyelenggaran Investment Summit yang merupakan kolaborasi antara KADIN Indonesia dengan Kedutaan Besar Kolombia di Jakarta dan Pro Colombia ini adalah implementasi dari Memorandum of Understanding between the Colombian Confederation of Chamber of Commerce (CONFECAMARAS) and the Indonesian Chamber of Commerce and Industry, yang ditandatangani pada bulan April 2015.  Juan Carloz Gonzalez, salah satu dari 10 pengusaha terkaya di dunia yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden Pro Colombia, memimpin delegasi bisnis Kolombia yang antara lain terdiri dari Organizacion Sanitas International (sektor farmasi, rumah sakit, farmasi dan investment capital), Amtex (zat kimia turunan selulosa/carboxymethyl cellulose), Fundacion Cardiovascular (investor di sektor rumah sakit), Prodegan (bidang makanan hewan) dan Etec (jasa pengolahan air). Investor Kolombia telah menyatakan minatnya untuk diversifikasi investasi di Indonesia, tidak saja sektor minyak,